Berjalan Diatas Angan. . . ! ! !

3 Juni 2011
$0A
Di saat hati sepi, butuh seseorang untuk berbagi, mencurahkan semua unek-unek2, kesedihan, ketidakadilan, pergolakan batin agar berusaha meyakinkan diri untuk selalu berpikiran positif. Sebuah keadaan yang mau tidak mau dihadapi karena tidak ada pilihan yang terbaik, namun bagi Allah itu adalah perbuatan yang terbaik untuk hamba yang disayannginya untuk saat ini. Kekebalan batin dipertaruhkan, ego diruntuhan, tak jarang untuk membalut itu semua harus mengorbankan air mata yang tidak sedikit. Menyimpan rapat-rapat apa yang ada di hati dan berusaha untuk tersenyum walau senyuman itu pahit. Itulah hal yang harus dirasakan, menjadikan hambanya untuk kuat. Kekuatan yang kadang kala sering rapuh tapi selalu kuat walau mempertaruhkan hati yang selalu digores pisau. Pisau kehidupan yang membuat diri terasah untuk kuat dan tangguh.
Kesendirian membuat kita belajar. Belajar untuk menerima semua, walau bertentangan dengan apa yang kita rasakan. Kadangkala kita harus berkorban untuk satu keadilan. Keadilan yang sangat mahal sekali harganya. Kesendirian pula yang membuat kita belajar untuk siap menghadapi apapun kemungkinan yang terjadi. Karena dengan sendirian kita bisa belajar memaknai arti hidup. Dengan sendiri kita bisa belajar untuk mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Sendiri membuat kita dewasa dan membuat kita bisa berkarya. Gak selamanya sendiri itu gak enak, ternyata banyak enaknya tuuuhhh...
Langkahku terhenti kadangkala angin menerpa diri begitu kencang. Namun dengan keyakinan yang mendalam bahwa ada yang selalu melindungi, menghampiri dikala sedih, menatap dengan senyum dikala memohon kepada-Nya dan mengabulkan semua yang kita mau. Tapi kemauan kadangkala tidak terwujud. Entah apa cara-Mu berlaku adil terhadap hamba-Mu. Tapi diri ini yakin bahwa Engkau selalu tersenyum dan berharap lebih jika diri ini mengingat-Mu.
Di setiap 5 waktu, Engkau memanggil hamba-Mu, memanggil untuk mengingat-Mu. Namun, hati ini tenang bila menghampiri-Mu pada saat malam panjang. Diri yang sangat lemah hanya bisa meminta dan meminta, berharap tanpa putus2-putus.
Kadangkala keegoisan menghampiri diri. Kesombongan melanda jiwa dikala diri berada di puncak keberhasilan. Mengapa diri menjauh dari-Mu. Namun, Engkau tetap terseyum, tanpa benci Engkau ulurkan kasih sayang-Mu Tuhan kepadaku.
Maafkan diri yang kadangkala melupakan-Mu. Berbekal kesabaran dan keikhlasan, diri ini berusaha untuk bisa melewati ujian-Mu dengan sempurna. Karena diri ini yakin, Engkau Maha Mengetahui, Maha Penyayang dan Maha Pengabul Doa bagi hamba yang memohon kepada-Mu.

0 comments:

Posting Komentar